Di selatan kota Padang, terhampar pantai yang airnya begitu jernih. Apabila angin bertiup sepoi-sepoi, bunyi ombaknya bagaikan suara nyanyian alam yang terdengar manis dan lembut. Oleh penduduk setempat pantai tersebut disebut "Pantai Air Manis". Karena keindahannya pula Pantai Air Manis banyak dikunjungi orang untuk berekreasi dan mencari hiburan bertamasya alam. Tak jauh dari pantai Air Manis, terdapat sebuah pulau yang bernama "Pulau Pisang Kecil" yang banyak dihuni oleh monyet-monyet liar akan tetapi cukup bersahabat dengan orang-orang yang berkunjung ke tempat tersebut.
Apabila ada badai, ombak besarnya bergulung-gulung datang dari tengah lautan yang kemudian terhempas di pantai. Di pantai itulah terdapat bukit yang menjorok ke arah laut. Kaki bukit itupun terdiri atas batu-batu besar. Jika ombak besar menghantam batu-batu besar itu, percikan airnya tinggi sekali. Bunyinya seperti orang yang melolong, memilukan, menyayat hati bagi orang yang mendengarnya. Terkadang suaranya seperti orang yang meratap menyesali diri.
Konon menurut cerita turun temurun rakyat setempat, batu-batu besar itu dahulunya adalah badan kapal Malin Kundang yang dihempas ombak sampai pecah berkeping-keping. Suara yang memilukan hati berasal dari teriakan dan ratap tangisnya yang meminta ampun atas kedurhakaan kepada ibunya.
Diantara hamparan batu-batu pecahan kapal Malin Kundang tersebut ada yang bentuknya menyerupai orang yang sedang bersimpuh meratap memohon ampun. Konon pula itu adalah batu Malin Kundang yang telah berubah menjadi batu karena dosa-dosanya yang tak terampunkan, durhaka pada ibunya yang telah bersusah payah membesarkanya sehingga Tuhan mengazabnya menjadi batu.
Demikianlah, wallahu'alam bissawab!
Rosita S Priyadi
Apabila ada badai, ombak besarnya bergulung-gulung datang dari tengah lautan yang kemudian terhempas di pantai. Di pantai itulah terdapat bukit yang menjorok ke arah laut. Kaki bukit itupun terdiri atas batu-batu besar. Jika ombak besar menghantam batu-batu besar itu, percikan airnya tinggi sekali. Bunyinya seperti orang yang melolong, memilukan, menyayat hati bagi orang yang mendengarnya. Terkadang suaranya seperti orang yang meratap menyesali diri.
Konon menurut cerita turun temurun rakyat setempat, batu-batu besar itu dahulunya adalah badan kapal Malin Kundang yang dihempas ombak sampai pecah berkeping-keping. Suara yang memilukan hati berasal dari teriakan dan ratap tangisnya yang meminta ampun atas kedurhakaan kepada ibunya.
Diantara hamparan batu-batu pecahan kapal Malin Kundang tersebut ada yang bentuknya menyerupai orang yang sedang bersimpuh meratap memohon ampun. Konon pula itu adalah batu Malin Kundang yang telah berubah menjadi batu karena dosa-dosanya yang tak terampunkan, durhaka pada ibunya yang telah bersusah payah membesarkanya sehingga Tuhan mengazabnya menjadi batu.
Demikianlah, wallahu'alam bissawab!
Rosita S Priyadi
0 Respon Pada "Malin Kundang "Jadi Batu" Di Pantai Air Manis by: Slamet Priyadi"
Posting Komentar