Di Pasar Jaya Raya, ada penjual kue bernama Ibu Atika. Rumahnya sangat jauh dari pasar tempat ia berjualan. Ia baik hati, ramah dan kue yang di jualnya sangat enak. Tetapi seminggu yang lalu, pasar itu terbakar. Kios – kios makanan yang ada di pasar itu pun habis tak tersisa. Dan pelanggan Bu Atika pun sangat bingung jika ingin membeli kue dan sayangnya mereka tak ada yang tahu dimana rumah Bu Atika.
Saat Nina, pelanggan setia Bu Atika bertanya kepada Pak Hamid alamat rumah Bu Atika, ia tidak tahu pasti dimana letak rumahnya. Menurutnya rumah Bu Atika disekitar rel kereta api. Nina senang sekali karena mendapatkan alamat itu.
Keesokan harinya, karena hari minggu, Nina mencari alamat rumah Bu Atika. Akhirnya setelah mencari kesana kemari, Nina dan orang tua nya menemukan sebuah rumah kecil yang terbuat dari kardus. Nina masuk ke rumah itu dan bertanya apa benar ini rumah Bu Atika. Dan saat ia sampai di depan pintu, ia melihat Bu Atika sedang terbaring lemah di selembar kardus yang panjang. Anak – anak Bu Atika duduk tanpa alas.
Nina sangat prihatin melihat kondisi Bu Atika dan anak – anaknya. Lalu perlahan – lahan ia masuk dan memegang tangan Bu Atika sembari berkata.
“ Bu, bagaimana keadaan ibu sekarang?? Apa masih sakit atau bagaimana? “ .
Lalu Bu Atika melihat kearah Nina dan berkata
“ Nak, ibu baik – baik saja. Tetapi mungkin mulai sekarang ibu sudah tidak bisa berjualan lagi. Karena sekarang kaki ibu….. “ Ibu Atika berhenti berbicara karena tak kuasa menahan tangis.
Nina berkata “ Bu, memang kaki ibu kenapa? “ yang saat itu juga menangis.
Bu Atika menjawab “ Kaki ibu terpaksa di amputasi nak. Karena kejadian waktu itu, kaki ibu terkena reruntuhan kayu, Nak.†dengan terbata – bata.
Seketika itu juga Nina dan orang tuanya langsung memeluk Bu Atika. Anak – anaknya pun menangis karena ibu mereka tidak bisa jalan lagi seperti biasanya.
Setelah berpamitan, Nina pulang ke rumah. Ia masih memikirkan Bu Atika. Nina dan orang tuanya berniat membuatkan kaki palsu untuk Bu Atika. Nina ke kamar kedua orang tua nya dan berkata “ Ayah, Ibu, bagaimana kalau rencana kita tadi benar- benar kita laksanakan? Agar Bu Atika bisa berjualan lagi bu… Dan aku punya ide… Bagaimana kalau kita buatkan toko kue di depan rumah kita ini bu?? †lalu ibu Nina menjawab “ Wah, itu ide yang sangat bagus, Nin! Mungkin dengan begini akan mengurangi beban mereka ya, Nin…. †.
Seminggu kemudian, kaki palsu yang dibuat khusus untuk Bu Atika sudah jadi. Nina beserta ayah dan ibunya mengambil kaki palsu itu. Sepanjang perjalanan, Nina sudah membayangkan betapa senangnya ibu Atika melihat Nina membawakan kaki palsu untuknya. Tidak terasa ternyata mobil Nina sudah sampai di depan rumah Bu Atika. Karena sudah tidak sabar, Nina langsung turun dengan membawa kaki palsu untuknya. Nina masuk dan langsung memeluk Ibu Atika sambil memberikan kaki palsu untuknya. Bu Atika menangis karena terharu dan ia merasa beruntung sekali ada orang yang peduli kepadanya meskipun secara ekonomi mereka sangat jauh berbeda. Dan saat Bu Atika diberitahu Nina membuatkan toko kue untuknya, ia semakin terharu.
Dua minggu kemudian, Bu Atika sudah punya banyak pelanggan di komplek rumah Nina. Betapa senangnya hati Nina karena setiap pagi, ia berbekal kue buatan Bu Atika dan membantu meringankan bebannya.
Berperilakulah yang baik karena pasti kita akan mendapatkan balasan yang baik pula. Sama seperti kisah di atas. Karena kebaikan Bu Atika kepada pelanggannya, terutama Nina, dibalas dengan kebaikan juga.
Saat Nina, pelanggan setia Bu Atika bertanya kepada Pak Hamid alamat rumah Bu Atika, ia tidak tahu pasti dimana letak rumahnya. Menurutnya rumah Bu Atika disekitar rel kereta api. Nina senang sekali karena mendapatkan alamat itu.
Keesokan harinya, karena hari minggu, Nina mencari alamat rumah Bu Atika. Akhirnya setelah mencari kesana kemari, Nina dan orang tua nya menemukan sebuah rumah kecil yang terbuat dari kardus. Nina masuk ke rumah itu dan bertanya apa benar ini rumah Bu Atika. Dan saat ia sampai di depan pintu, ia melihat Bu Atika sedang terbaring lemah di selembar kardus yang panjang. Anak – anak Bu Atika duduk tanpa alas.
Nina sangat prihatin melihat kondisi Bu Atika dan anak – anaknya. Lalu perlahan – lahan ia masuk dan memegang tangan Bu Atika sembari berkata.
“ Bu, bagaimana keadaan ibu sekarang?? Apa masih sakit atau bagaimana? “ .
Lalu Bu Atika melihat kearah Nina dan berkata
“ Nak, ibu baik – baik saja. Tetapi mungkin mulai sekarang ibu sudah tidak bisa berjualan lagi. Karena sekarang kaki ibu….. “ Ibu Atika berhenti berbicara karena tak kuasa menahan tangis.
Nina berkata “ Bu, memang kaki ibu kenapa? “ yang saat itu juga menangis.
Bu Atika menjawab “ Kaki ibu terpaksa di amputasi nak. Karena kejadian waktu itu, kaki ibu terkena reruntuhan kayu, Nak.†dengan terbata – bata.
Seketika itu juga Nina dan orang tuanya langsung memeluk Bu Atika. Anak – anaknya pun menangis karena ibu mereka tidak bisa jalan lagi seperti biasanya.
Setelah berpamitan, Nina pulang ke rumah. Ia masih memikirkan Bu Atika. Nina dan orang tuanya berniat membuatkan kaki palsu untuk Bu Atika. Nina ke kamar kedua orang tua nya dan berkata “ Ayah, Ibu, bagaimana kalau rencana kita tadi benar- benar kita laksanakan? Agar Bu Atika bisa berjualan lagi bu… Dan aku punya ide… Bagaimana kalau kita buatkan toko kue di depan rumah kita ini bu?? †lalu ibu Nina menjawab “ Wah, itu ide yang sangat bagus, Nin! Mungkin dengan begini akan mengurangi beban mereka ya, Nin…. †.
Seminggu kemudian, kaki palsu yang dibuat khusus untuk Bu Atika sudah jadi. Nina beserta ayah dan ibunya mengambil kaki palsu itu. Sepanjang perjalanan, Nina sudah membayangkan betapa senangnya ibu Atika melihat Nina membawakan kaki palsu untuknya. Tidak terasa ternyata mobil Nina sudah sampai di depan rumah Bu Atika. Karena sudah tidak sabar, Nina langsung turun dengan membawa kaki palsu untuknya. Nina masuk dan langsung memeluk Ibu Atika sambil memberikan kaki palsu untuknya. Bu Atika menangis karena terharu dan ia merasa beruntung sekali ada orang yang peduli kepadanya meskipun secara ekonomi mereka sangat jauh berbeda. Dan saat Bu Atika diberitahu Nina membuatkan toko kue untuknya, ia semakin terharu.
Dua minggu kemudian, Bu Atika sudah punya banyak pelanggan di komplek rumah Nina. Betapa senangnya hati Nina karena setiap pagi, ia berbekal kue buatan Bu Atika dan membantu meringankan bebannya.
Berperilakulah yang baik karena pasti kita akan mendapatkan balasan yang baik pula. Sama seperti kisah di atas. Karena kebaikan Bu Atika kepada pelanggannya, terutama Nina, dibalas dengan kebaikan juga.
0 Respon Pada "Kebaikan Berbuah Kebahagiaan Dari Perilaku Yang Baik Kepada Orang Lain"
Posting Komentar